Wajah Asep
Supriatna (33) cerah. Senyum tak henti-hentinya diumbar peternak asal Desa
Cisimeut, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten ini. Selama 3 tahun
mendapatkan program Klaster Mandiri Dompet Dhuafa di Lebak, kehidupan
ekonominya alami peningkatan.
“Dulu
paling (pendapatan) Rp 300 ribu per bulan. Alhamdulillah sekarang sekitar Rp
600 ribu. Kebutuhan keluarga, Alhamdulillah, terpenuhi terutama untuk
pendidikan anak-anak,” kata Asep saat Workshop Akhir Pogram Klaster
Mandiri, Kamis, (6/3) di Lebak, Banten.
Bapak dua
anak ini menambahkan, selain pendapatan, kapasitas diri pun meningkat. Sebab,
selain bantuan modal, Klaster Mandiri juga membangun sistem kerja dan kapasitas
penerima manfaatnya.
“Alhamdulillah,
teman-teman peternak lain merespon baik adanya program Dompet Dhuafa di Lebak.
Walaupun sekarang akan berakhir, semoga kami bisa mandiri, lebih keras lagi
bekerja. Dan Dompet Dhuafa dan pemerintah daerah setempat bisa tetap memantau
kami,” harapnya.
Penerima
manfaat lain, Arsani (41), pun mengalami hal yang sama. Petani asal Desa
Jalupang, Kecamatan Leuwidamar ini mengaku mendapatkan pengalaman yang belum
pernah ia dapatkan sebelumnya.
“Adanya
pelatihan-pelatihan kami jadi tahu bagaimana pertanian sehat itu. Adanya bentuk
koperasi juga jadikan semangat kekeluargaan ada. Tadinya sendiri-sendiri,”
terang Arsani.
Asep dan
Arsani merupakan dua dari 324 mitra penerima manfaat program Klaster Mandiri
Dompet Dhuafa di Lebak. Mereka berasal dari 32 kelompok yang dibentuk. Program
tersebut menyasar Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM), pertanian, dan
peternakan. Nilai bantuan yang digulirkan Dompet Dhuafa sebesar Rp 1,7 miliar.
Direktur
Relief dan Pemberdayaan Dompet Dhuafa Rini Suprihartanti mengungkapkan, Lebak
merupakan satu dari delapan wilayah yang menjadi sasaran program Klaster
Mandiri. Wilayah-wilayah tersebut, yakni Bogor (Jawa Barat), Blora (Jawa
Tengah), Kulon Progo (Daerah Istimewa Yogyakarta), Tuban (Jawa Timur), Ponorogo
(Jawa Timur), Lampung Selatan (Lampung), dan Bantaeng (Sulawesi Selatan).
Rini
menuturkan, berdasarkan analisis dampak ekonomi yang dilakukan tim, terjadi
peningkatan signifikan pada pendapatan penerima program Klaster Mandiri di
Lebak. Jumlah penduduk miskin pun turun sebesar 42,5 persen.
Pada bidang
pertanian, terjadi peningkatan pendapatan di atas 50 persen. Ini dipengaruhi
oleh peningkatan usaha tani, sisa hasil usaha (SHU) koperasi, dll. “Jika
sebelum program rata-rata sebesar Rp 841.932 per bulan. Sesudah ada intervensi
program rata-rata sebesar Rp 1.337.320 per bulan. Terjadi perubahan 58,8
persen,” jelas Rini.
Sementara
untuk bidang peternakan, sebelum adanya intervensi program Klaster Mandiri
pendapatan rata-rata peternak sebesar Rp 398.148 per bulan. Kemudian setelah
bergulirnya program, pendapatan rata-rata peternak sebesar Rp 749.059 per
bulan. Presentase perubahan sebesar 88,13 persen.
“Pendekatan
program Klaster Mandiri Dompet Dhuafa adalah intervensi terintegrasi yang
mencakup pembangunan sosial, pengembangan ekonomi dan advokasi dengan basis
komunitas dan potensi sumberdaya lokal,” ujar Rini.
Pasca pemandirian,
Dompet Dhuafa masih akan tetap memantau program yang telah berjalan. “Dompet
Dhuafa tetap memfasilitasi sebagai jaringan mitra dan relawan di daerah untuk
kegiatan sosial, ekonomi, maupun kebencanaan. Dompet Dhuafa masih mengambil
peran untuk tetap menguatkan kapasitas mereka sebagai komunitas dan
memperjuangkan akses pasar terhadap produk-produk yang dihasilkan para
mitra,” tandas Rini.
Selain
Lebak, wilayah Klaster Mandiri yang sudah dan akan masuk tahap pemandirian di
2014 adalah Kulon Progo dan Blora. Pada tahap ini semua aset diserahkan kepada
masyarakat untuk dikelola dan dikembangkan karena pada dasarnya dana zakat,
infak, dan sedekah yang digulirkan adalah hak masyarakat sebagai penerima
manfaat.
Klaster
Mandiri diinisiasi oleh Dompet Dhuafa, merupakan program pemberdayaan
masyarakat berbasis kawasan. Program bergulir dilatarbelakangi dengan melihat
kenyataan keparahan kemiskinan yang cenderung meningkat, Dompet Dhuafa berupaya
melakukan inovasi program pengentasan kemiskinan pada daerah yang masih
terkategori miskin termasuk di ranah yang berpotensi menyebbakan kemiskinan.
Meski ikhtiar ini ibarat titik kecil, lebih baik ada yang memulai dan
memberikan model program yang telah teruji di lapangan untuk diduplikasi lebih
lanjut. Insya Allah. (gie)
0 komentar:
Posting Komentar