Kentzou, DDBanten – Tragedi kemanusiaan yang sedang melanda Republik Afrika Tengah (Afrika Tengah) mendorong Dompet Dhuafa selaku lembaga kemanusiaan memberangkatkan tim untuk membantu para korban. Dalam menjalankan misi di Afrika Tengah, Dompet Dhuafa tidak sendiri. Bersama beberapa aliansi strategis jejaring di mancanegara, Dompet Dhuafa lakukan sinergi. Lembaga-lembaga tersebut yakni seperti dari Turki Humanitarian Relief Foundation (IHH), dari Inggris Islamic Relief, International Committee of the Red Cross (ICRC), dan UNHCR.
Berikut adalah laporan ter-update yang disampaikan oleh tim Dompet
Dhuafa, Sabeth Abilawa dari Afrika Tengah lewat tulisannya yang berjudul, “Amanah
Bantuan Telah tertunaikan”.
25 Maret 2014
Voila, akhirnya kami tiba di dusun kecil yang dinamakan Kentzou. Terletak
di tengah belantara hutan tropis Kamerun dan tepat berbatasan dengan Republik
Afrika Tengah. "Hanya 5 km dari sini portal penjagaan perbatasan tersebut,"
kata Hassan Mousa, pendamping kami.
Lokasi Kentzou ini dekat sekali
dengan ibukota Republik Afrika Tengah, Bangui, itulah mengapa mayoritas
pengungsi mengalir ke daerah ini meski segala fasilitas sangat minim untuk
disebut layak huni. Susah air, minim listrik, apalagi ketersediaan makanan.
Tepat sewaktu kami tiba, iring-iringan
gelombang pengungsi baru dengan menggunakan truk seukuran kontainer juga tiba
mengangkut ratusan orang dari Afrika Tengah. Data UNHCR setempat mencatat
sekarang sudah lebih dari 27.000 pengungsi yang tinggal dan diperkirakan
jumlahnya akan membengkak menyusul gelombang pengungsi yang baru lagi di hari
hari berikutnya.
Miris melihat deretan tenda-tenda
pengungsi yang berjubel. Bahkan di sebuah lapangan yang cukup luas, sejauh
cakrawala memandang, yang nampak hanya tenda tenda putih saja. Masya Allah,
demikian banyaknya mereka.
Tim segera bergerak cepat,
berkoordinasi dengan tokoh dusun setempat, UNHCR, dan polisi penjaga kamp untuk
mendistribusikan bantuan makanan kepada pengungsi sebab tak lama lagi Truk
pengangkut makanan yang kami beli di Bertoua akan tiba di lokasi. Dua truk
besar berisi beras, gula, minyak goreng, dan daging dalam kemasan digunakan
untuk mengangkut bantuan.
Sayang, saking banyaknya pengungsi
serasa apa yang kami bagikan masih sangat kurang. Wajah-wajah kelelahan dan
tatapan nanar menghiasi raut wajah orang orang yang terusir dari negerinya ini.
Akhirnya kami percayakan saja proses distribusi ini ke polisi penjaga kamp dan
otoritas setempat.
Sambil melihat prosesinya saya
sempatkan untuk ngobrol ngobrol ringan dengan beberapa pengungsi yang sedag
antri. Abdoullah, seorang remaja yang mendekati kami menunjukkan foto-foto
kebrutalan milisi di Afrika Tengah. Mual rasanya melihat foto-foto jasad
manusia yang hangus terbakar akibat barbarianisme. Ternyata masih ada perilaku
sadis seperti itu di bumi ini. Bahkan yang saya tak habis pikir cerita
Abdoullah soal kanibalisme di beberapa lokasi di mana mayat manusia dikerat dan
dagingnya dijual seharga 1 USD per kg-nya. Saya memang pernah membaca di sebuah
situs di internet adanya kasus kasus seperti itu di afrika tengah namun bagi
saya tak mudah percaya ada kebrutalan yang maha dahsyat di abad supercanggih
ini meski Abdoullah mengatakan wallahi, wallahi, wallahi dan juga dibenarkan
oleh Al Hafidz Saleh masih saja pikiran waras saya belum bisa menerimanya.
Wallahu 'alam.
Kisah yang lain dialami oleh
Mahmoud bocah yang baru belajar merangkak ini mengungsi bersama dua kakak
perempuannya setelah kedua orang tuanya menjadi korban pembantaian. Kakak
tertuanya yang sudah cukup dewasa bertutur bahwa dia tidak sempat membawa
barang-barang karena memang kejadian pembumihangusan desanya berlangsung sangat
cepat.
Selepas ashar kami survey beberapa
lokasi yang bisa digunakan untuk pembangunan sumur air bagi para pengungsi
tersebut. Rencananya Dompet Dhuafa melalui AHAS akan membangun dua sumur
lengkap dengan mesinnya di wilayah Kentzou ini.
Esok pagi kami akan melanjutkan
perjalan ke kamp berikutnya Garoua Boulai sekitar 200 km di sebelah utara
Kentzou.
Penulis: Sabeth Abilawa
Editor: Setiawan Chogah
0 komentar:
Posting Komentar