Rabu, 18 Juni 2014

Edi Saputra: Saya Merasakan Secara Nyata Manfaat dari Program Dompet Dhuafa

Diposting pada label:



Pak Edi dan motor las kelilingnya.

“Saya merasakan secara nyata, bantuan dari Dompet Dhuafa Banten benar-benar nyata saya rasakan.” Kalimat itu berlompatan bibir kering lelaki paruh baya yang saya ajak berbincang sore itu di kantor Dompet Dhuafa (DD) Banten, Kota Serang. 

Petang itu, salah seorang penerima manfaat program DD Banten itu memang sengaja berkunjung ke kantor DD Banten. “Menjaga tali silaturrahmi,” katanya. 

“Sudah berapa lama menjalankan profesi sebagai tukang las keliling ini, Pak Edi?” saya coba menggali lebih dalam tentang pekerjaan yang kini tengah dilakoni pria 44 tahun itu, tukang las keliling. 

Matanya menerawang, lalu mengerjap beberapa kali. “Saya mulai ngelas dari tahun 2008, Dek. Panjang ceritanya…” ujarnya disertai helaan napas panjang. Beberapa detik laki-laki bernama lengkap Edi Saputra itu tercenung, seperti berusaha mengumpulkan kenangan.

Cerita pun mengalir. Bapak Edi mengisahkan, memasuki usia 2 tahun, Allah mengujinya dengan penyakit polio yang menyisakan bekas di kaki kirinya. “Saya kena polio waktu kecil, tapi ya namanya hidup nggak boleh berpangku tangan, kan, Dek. Berbagai pekerjaan udah saya jalanin, mulai dari kuli pabrik sampai jadi pengangguran,” celotehnya tanpa basa-basi.

Ya, tidak mau berpangku tangan, gigih, tanggon, dan trengginas. Sifat-sifat itu terlihat jelas di garis-garis wajah ayah dua anak itu. Pun saat beliau turun dari motor lasnya yang merupakan bantuan dari DD Banten, Bapak Edi terlihat sangat cekatan. Tidak ada sama sekali kesan sulit lantaran kondisi fisiknya tak sesempurna orang kebanyakan.

“Saya pernah kerja di Jakarta, karena perusahaan gulung tikar, saya kena PHK,” kenangnya,  “selama itu saya luntang-lantung nggak jelas.”

Sadar bahwa hidupnya harus tetap berjalan, Bapak Edi membulatkan tekad untuk mencoba peruntungan di Kota Serang tahun 2000 dan mencoba berdagang meski secara jujur dikatakannya, “Sebenernya saya nggak bakat dagang, tapi ya namanya kepepet dan butuh makan, apa aja saya kerjain, selama nggak merugikan orang lain,” tukasnya. Walau pada akhirnya Bapak Edi melakukan apapun yang bisa dilakukannya, di hati kecil beliau tetap ada kerinduan untuk mewujudkan keinginan membuka usaha dengan memanfaatkan keterampilan yang dia punya.  

Kegigihan dan kesabaran Bapak Edi berbuah manis. “Waktu itu ada acara kajian zakat, saya coba ikutan dan ternyata DD Banten punya program yang namanya Insan tangguh. Mungkin Allah nitipin rezeki saya lewat donatur DD, akhirnya sepeda motor yang sekarang nemenin saya keliling itulah yang menghidupi saya dan keluarga sampai hari ini,” tuturnya sembari tersenyum.

Insan Tangguh merupakan program pemberdayaan DD Banten dengan memberikan modal usaha kepada penerima manfaat penyandang disabilitas, sehingga mereka tetap produktif dan mandiri. Dan Bapak Edi, salah seorang penerima bantuan dari program Insan Tangguh telah merasakan manfaatnya. Bermodal keterampilan welding yang diperolehnya di bangku STM, Bapak Edi menjalani profesi sebagai tukang las keliling dengan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

“Alhamdulillah, rezeki mah ada aja, Dek. Bisa menuhin kebutuhan sehari-hari dan nyekolahin anak-anak. Yang penting bersyukur dengan rezeki yang dikasih Allah, itu aja,” tegasnya.

Penulis: Setiawan Chogah

0 komentar:

Posting Komentar

Berita Terbaru