Rabu, 06 Agustus 2014

Sabar dan Tak Mengeluh, Kunci Sumiati Bertahan

Diposting pada label:

SEJATINYA cobaan hidup selalu menghampiri setiap manusia. Kira-kira tahun 2011, ungkapan tersebut turut dirasakan Rumiati (41) dan keluarga. Sang suami yang bekerja di sebuah percetakan di bilangan Jakarta, harus mendekam di penjara atas tuduhan mencetak cukai rokok.

“Saya yakin suami saya nggak bersalah. Pasti ada yang memfitnah suami saya,” ujar ibu beranak dua ini.

Permasalahan yang menimpa sang suami membuat mental Rumiati goyah. Ia hampir putus asa dengan kondisi yang menimpa keluarganya. Terbesit dalam pikiran dan hatinya, ia hendak meminjam dana ke renternir untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Seperti dana besar untuk biaya sekolah anak-anaknya, biaya hidup, dan lain sebagainya terus membayang dalam benaknya.

“Hampir saya terjerat lintah darat, tapi alhamdulillah Allah masih melindungi saya,” terang perempuan asal Semarang, Jawa Tengah ini.

Rumi, demikian sapaan akrabnya sehari-hari bercerita, saat sang suami masih bekerja, penghasilan yang diterima setiap bulannya sangatlah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, sebagian uang hasil jerih payah sang suami dapat ditabungnya untuk kebutuhan masa depan sang anak.

“Penghasilan suami saya sekitar Rp 2,2 juta per bulannya. Itu dulu saat masih bekerja,” kenang Rumi, seraya menghela nafas.

Kini, ia ikhlaskan sang suami menjalani masa hukuman dan saat-saat itulah yang menjadi masa-masa sulit bagi Rumi dan kedua anaknya. Meski demikian, ia berusaha terus sabar dan tegar. Keluh kesahnya ia curahkan dalam setiap do’a dan ia juga tidak mau terus mengeluh atas apa yang menimpanya.

Hidup pasti terus berjalan, demikian semangat yang terus tertanam di hati Rumi. Dengan modal tabungan hasil jerih payah sang suami dulu, ia memutuskan untuk membuka usaha warung sembako.

Niat Rumi membuka usaha warung sembako nampaknya tidak sia-sia. Kedua anaknya pun tidak segan membantu ibunya membuka dan menutup warung hingga menemaninya untuk berbelanja barang dagangannya. Dengan modal usaha seadanya, Rumi pun harus pandai membagi modal dan keuntungan usahanya.

“Modal saya buat buka warung sembako emang pas-pasan. Makanya saya butuh modal lagi buat perbanyak jenis dagangan,” ucap perempuan yang tinggal di kawasan Cireunde, Ciputat, Tangerang Selatan ini.

Alhamdulillah, di saat Rumi dan keluarga membutuhkan modal usaha untuk warung sembako yang sedang dirintisnya, ia mendapat tawaran pinjaman dari Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa wilayah Tangerang Selatan sebesar Rp 750 ribu.

STF sendiri merupakan program ekonomi Dompet Dhuafa yang memainkan peran sebagai bank orang miskin. Transaksi dominan yang dikembangkan adalah berbasis pada akad dana kebajikan (Qardhul Hasan), yakni meminjam dengan pengembalian tanpa tambahan bunga maupun bagi hasil.

Rumi menuturkan, dengan pinjaman modal usaha dari STF Dompet Dhuafa, kini ia mampu memperbanyak jenis dagangan di warung sembakonya, seperti beras, telur, minyak, makanan ringan, minuman dingin, dan lain sebagainya.

’’Alhamdulillah saya bersyukur Dompet Dhuafa telah membantu memajukan usaha saya,” ucapnya bersyukur.

Pinjaman tanpa bunga itu ia jaga betul kepercayaannya. Hingga saat ini ia mampu terus mengangsur dana pinjamannya yang kini memasuki pinjaman kedua sebesar Rp 2 juta.

Dengan kesabaran dan kegigihan yang ditunjukkannya, kini Rumiati berhasil melewati ujian yang ia anggap besar dan berat dalam hidupnya ini. “Sabar dan jangan mengeluh, itu rahasia saya dalam melewati ini semua,” pesannya. [uyang]
 

0 komentar:

Posting Komentar

Berita Terbaru